Foto: io9.gizmodo.com |
Meskipun jumlah emas yang rilis Delftia acidovorans kecil (partikel 25-50 nanometer) namun berguna untuk suatu hari mungkin bahwa bakteri atau protein yang nanti dapat digunakan untuk melarutkan emas dari air atau untuk membantu orang mengidentifikasi sungai yang membawa mineral.
Adalah Frank Reith, seorang peneliti dari University of Adelaide. Sekitar satu dekade lalu, ia mengetahui adanya bakteri yang hidup di dalam gumpalan emas. Ia penasaran, bagaimana hal itu bisa terjadi.
Reith mengutarakan bahwa bakteri itu membuat perubahan senyawa emas klorida yang bersifat racun menjadi emas berharga. Kekuatan bakteri itu bisa digunakan untuk produksi limbah pertambangan. Bakteri bisa disebar di daerah pengolahan limbah dan dibiarkan bersihkan serta menyatukan emas.
Sementara Nathan Magarvey, ahli biokimia dari McMaster University di Kanada mendapatkan type bakteri ke dua yang bisa menghasilkan emas, Delftia acidovarans.
Magarvey melalui publikasinya di Nature Chemical Biology th. 2013 mengatakan, bakteri D acidovarans dapat membentuk lapisan nanopartikel emas di daerah limbah yang kaya emas klorida.
Analisis yang dilakukan kemudian mengutarakan bahwa meski sama-sama menghasilkan emas, dua type bakteri itu menyatukan bersama dengan langkah berbeda.
C metallidurans menyatukan emas di didalam selnya tetapi D acidovarans di luar selnya. Namun demikian, dua type bakteri itu dikira bersimbiosis untuk "membersihkan" emas dari lingkungan supaya bisa hidup.
Magarvey bersama dengan ujicoba rekayasa genetika mengungkap, dua bakteri itu sebenarnya berbakat menyatukan emas. Buktinya, tersedia gen yang bertanggung jawab untuk sistem itu.
Gen itu terhadap D acidovarans menghasilkan zat delftibactin. Selain berfaedah didalam menyatukan emas, zat itu terhitung menjaga supaya emas tak masuk ke didalam sel.
(sumber: voices.nationalgeographic.com)
0 Komentar