Perdana Menteri Narendra Modi sedang menggencarkan gagasan Digital India ke seluruh dunia. Ironisnya, sebuah desa di distrik tempat asalnya malah melarang kepemilikan telepon genggam untuk wanita yang belum menikah.
Dikutip Hindustan Times , desa Suraj itu berjarak 100 kilometer dari Ahmedabad salah satu pusat bisnis di India. Tepatnya di distrik tempat asal sang Perdana Menteri di Mehsana, Gujarat.
Pertanyaannya: kenapa para sesepuh-sesepuh desa itu melarang para perempuan menggunakan ponsel?
“Kenapa gadis-gadis memerlukan telepon genggam? Internet itu hanya membuang-buang waktu dan uang di kalangan masyarakat kelas menengah seperti kami. Gadis-gadis sebaiknya menggunakan waktu mereka untuk belajar atau kegiatan lain," ucap Vankar.
Menurut kepala desa, Devshi Vankar, telepon genggam dan internet hanya buang waktu uang dan waktu saja, Namun itu hanya jika telepon genggam digunakan untuk sarana gaya saja, Pengecualian terhadap aturan itu adalah jika ada kerabat yang ingin berbicara dengan gadis tersebut, maka orangtuanya dapat meminjamkan telepon mereka untuk mengobrol.
Gagasan Vankar ini mendapat kesepakatan dari keseluruhan warga sebanyak 2.500 orang dari berbagai kasta.
Desa Suraj menerapkan larangan itu sejak 12 Februari 2016 namun keputusan itu bisa menular ke wilayah lain di utara Gujarat karena komunitas Thakor yang berpengaruh secara politik telah menggagas untuk memperluas pembatasan itu.
Mereka menyebut bahwa efek ponsel sama seperti minuman keras. Tak hanya itu, para sesepuh juga menyarankan agar para perempuan lebih fokus untuk pekerjaan rumah tangga alih-alih meneruskan studi di lembaga pendidikan terkenal.
Motivasi pelarangan telepon genggam untuk wanita bisa ditelusuri kepada gerakan melawan ketergantungan alkohol pada kaum pria yang digagas masyarakat Thakor.
Dalam perkembangannya, komunitas itu kemudian membuat juga aturan dan regulasi untuk gaya hidup kaum wanita. Para pemimpin komunitas memandang hal itu seperti miras, yaitu bahwa penggunaan telepon genggam oleh wanita yang belum menikah menjadi gangguan dalam masyarakat.
Pada Januari lalu, desa Ludar di distrik Banaskantha menjadi desa pertama yang menerapkan larangan itu. Warga bertekad memperkuat upaya melawan kecanduan miras dan telepon genggam dengan meloloskan resolusi dalam rapat-rapat yang digelar di sejumlah pedesaan di utara.
Kata Raikarnji Thakor, seorang tokoh masyarakat dari Gujarat utara, “Konsumsi alkohol oleh kaum pria dan penggunaan telepon genggam oleh kaum wanita menciptakan gangguan dalam masyarakat. Gadis-gadis belia jadi salah arah. Hal itu bisa merusak keluarga dan mengganggu hubungan manusia satu sama lain.”
Siapa pun yang tertangkap melanggar aturan ini akan dikenakan denda 2.100 rupee (sekitar Rp400 ribu), sementara bagi pelapor akan mendapatkan 200 rupee (sekitar Rp40 ribu). Para perempuan itu diperbolehkan menggunakan ponsel hanya ketika berbicara dengan kerabat, itu punmenggunakan ponsel milik orangtuanya. Ada kemungkinan, larangan ini menyebar ke desa-desa sekitarnya.
Desa-desa di India sebagian besar masih menganut sistem patriarki, oleh sebab itu, anggota dewan desa didominasi oleh laki-laki. Tak hanya ponsel, mereka juga melarang para perempuan untuk mengenakan kaus dan celana jin.
(SUMBER : LIPUTAN6, INTISARI ONLINE)
0 Komentar